Minggu, 05 Februari 2012

Tradisi Sekaten di Yogyakarta


Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, dimana para pemuda dan pemudi penerus generasi bangsa menuntut ilmu. Yogyakarta, sebuah ibukota provinsi yang bergelar Daerah Istimewa. Selain itu Yogyakarta juga disebut sebagai kota budaya yang masih kental dengan aspek – aspek budaya khasnya. Di tengah zaman modernisasi ini, Kasultanan Yogyakarta, yang juga berwujud sebagai pemerintahan tetap menggelar sebuah ritual dan tradisi.
Di Yogyakarta ada sebuah budaya yang hingga saat ini masih terus dilestarikan yaitu Sekaten. Diselenggarakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang lahir pada tanggal 12 Maulud atau Mulud dalam bulan ketiga tahun Jawa. Diadakan pada tangal 6 hingga 12 pada bulan yang sama. Perayaan sekaten meliputi “Sekaten Sepisan” dan ditutup dengan“Grebeg” di halaman Masjid Agung Yogyakarta
atau sering disebut sebagai Masjid Gedhe Kauman. Sekaten adalah simbol kebersamaan yang diidentikkan dengan kraton dan rakyatnya.
Kata Sekaten diambil dari pengucapan kalimat “Syahadat”. Istilah Syahadat, yang diucapkan sebagai Syahadatain ini kemudian berangsur- angsur berubah dalam pengucapannya, sehingga menjadi Syakatain dan pada akhirnya menjadi istilah “Sekaten” hingga sekarang. Namun dalam asal usulnya selain syahadatain, kata sekaten juga diambil dari beberapa kata lain.
Di Kasultanan Ngayogyakarta, perayaan sekaten yang terus berkembang dari tahun ke tahun pada dasarnya terdapat tiga pokok inti yang antara lain:
  1. Dibunyikannya dua perangkat gamelan (Kanjeng Kyai Nagawilaga dan Kanjeng Kyai Guntur Madu) di Kagungan Dalem Pagongan Masjid Agung Yogyakarta selama 7 hari berturut-turut, kecuali Kamis malam sampai Jumat siang.
  2. Peringatan hari lahir Nabi Besar Muhammad SAW pada tanggal 11 Mulud malam, bertempat di serambi Kagungan Dalem Masjid Agung, dengan Bacaan riwayat Nabi oleh Abdi Dalem Kasultanan, para kerabat, pejabat, dan rakyat.
  3. Pemberian sedekah Ngarsa Dalem Sampean Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan, berupa Hajad Dalem Gunungan dalam upacara Garebeg sebagai upacara puncak sekaten.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by corelweb | Bloggerized by Merah saga - Premium Themes | Merah saga